Gunung Paseban Sebagai Sarana Ritual Pesugihan Kekayaan
Hidup di dunia ini terutama yang namanya kekayaan seringkali membutakan banyak orang. Kisah dibawah ini adalah sebagai peringatan agar Anda tidak terjebak pesugihan yang menyesatkan.
Di Gunung Paseban dikenal ritual pesugihan jatah umur dengan taruhan nyawa si pelaku itu sendiri sebagai jaminannya ada yang gagal ada pula yang sukses seperti apa tata cara ritual tersebut silahkan simak terus kisahnya dibawah ini.
Sebelum ritual itu dilakasanakan pertama kali yang mesti ditemui adalah sang juru kunci yang menjembatani antara keinginan manusia dengan alam kasat mata lalu minta bantu pada salah satu Sesepuh yang benar-benar siap membantu ritual itu berlangsung hingga selesai.
Sebab tugas juru kunci hanya sebagai perantara saja lantas untuk ritual selanjutnya dijalani oleh si pelaku itu sendiri sementara juru kunci meninggalkan si pelaku itu sendirian berada dikeramat. Untuk ritual selanjutnya barulah tugas sesepuh itu sendiri yang mendampingi si pelaku agar keberaniannya makin bertambah serta keyakinananya penuh.
Selain menemani pelaku, tugas sesepuh ini cukup berat jika dibanding dengan juru kunci sebab segala sesuatunya bisa di deteksi oleh sesepuh mulai pemanggilan makhluk ghaib hingga transaksi itu selesai namun itu pun dalam batas-batas jarak tertentu.
Yang perlu diperhatikan oleh si pelaku itu sendiri jika memakai jasa sesepuh mesti diperhatikan pula kebutuhannya dengan kata lain membayar jasa atas pekerjaaannya itu selama diperlukan oleh pelaku sebab mereka pun sama perlu biaya untuk menafkahi sanak dan istrinya dirumah selama berada di keramat untuk membantu acara ritual tesebut berlangsung.
Ritual pesugihan Jatah Umur tidak memakan wadal orang lain melainkan dirinya sendiri yang jadi tumbal taruhannya dan ini sudah dilakukan oleh puluhan orang pelaku hasilnya ada yang sukses adapula yang mendapat kegagalan.
Sukses dan gagal itu tergantung kesepakatan Eyang Durgala Pati sebagai tampuk kekuasaan Raja Dedemit dikeramat tersebut dan selalu memberi kepastian pada si pelaku itu sendiri jika sudah betul-betul nekad.
Seperti apa kepastian itu? Ya, jika perjanjian itu sudah disepakati bersama berarti tinggal menikmati hasilnya. Biasanya ritual dikeramat ini tidak ada godaan yang membuat takut bagi para pelaku ritual itu sendiri sebab keputusan itu baik melalui komunikasi langsung ataupun lewat suara tanpa wujud datangnya entah siang entah pula malam hari seperti yang dialami oleh para pelaku-pelaku lainya.
Faktor kegagalan itu adanya pada diri kita sendiri yakni tidak sanggup bernegosiasi dengan si pemberi kekayaan itu sendiri lantaran takut. Eyang Durgala Pati bisa diajak kolaborasi dengan catatan mesti ada wadalnya sebagai imbalan kekayaan tersebut. Caranya bagaimana?
Si pelaku itu sendiri bisa mengatakan langsung padanya tentang umurnya yang dia jaminkan itu sebagai pengikutnya kelak dikemudian hari, disinilah kepintaran dan keberanian si pelaku itu sendiri untuk bernegosiasi jika kita merasa keberatan dengan perjanjian yang sudah diberikan oleh Eyang Durgala Pati hendaknya di utarakan langsung untuk memberikan solusinya.
Contohnya dengan memberikan sapi, atau kambing, pokoknya hewan berkaki empat sebagai penganti si pelaku itu sendiri yang dijadikan tumbalnya sebelum nyawa si pelaku itu sendiri akan diambil oleh kerajaan ghaib Eyang Durgala Pati.
Ritual ditempat keramat seperti ini mesti dengan orang yang lebih tahu dan faham tentang tata caranya jangan asal-asalan contohnya seperti Abah Yaya sudah banyak membantu pasien untuk melakukan ritual di keramat.
Siapa sebenarnya sosok abah yaya ini, dia seorang sesepuh yang sering menemani pelaku ketika ritual itu berlangsung hingga selesai mungkin 1/3 hari dia selalu setia menemani pasien, sesepuh ini tidak pernah meninggalkan pelaku sendirian yang jadi persoalannya adalah tempat lokasi keramat Gunung Paseban ini sangat jauh sekali dari rumah juru kunci dan berada di puncak bukit.
Sementara tugas juru kunci hanya mengantarkan pelaku untuk melaksanakan ritual dan setelah menitipkan pada penghuni keramat dengan melalui Ijab Qhobul setelah selesai pasti juru kunci itu pulang, yang dikhawatirkan jika ada sesuatu yang meninpa pada pasien itu sendiri bagaimana? Disinilah tugas abah yaya yang selalu menemani dan membantu pasien itu ngelakoni ritual berlangsung.
Jadi harus dijaga keselamatannya pada pasien itu sendiri makanya kami selaku penulis selalu minta jasanya sesepuh tersebut jika ada seseorang yang hendak melakukan ritual ghaib seperti ini.
Tugas abah yaya bukan sebagai juru kunci melainkan sebagai sesepuh yang mendampingi si pelaku juga membantu serta mendorong agar si makhluk ghaib itu cepat muncul dan sekaligus menemani si pelaku agar tidak lari, sangatlah berbahaya sekali jika tidak ditemani yang ditakutkan tak lain adalah aura mistis yang sangat kental sehingga bisa membuat si pelaku itu sendiri bisa tersedot atau tertarik ke alam ghaib.
Dilokasi keramat itu terdapat jurang yang sangat dalam yang ditakutkan jika si pelaku kaget atau takut terus lari dan terjerembab ke dalam jurang itu sudah pasti mati. Jurang yang sangat dalam itu ternyata dipakai untuk ritual pembuangan hewan yang sudah disembelih untuk ditumbalkan pada makhuk halus penghuni keramat Gunung Paseban, lalu dibuang ke jurang tersebut.
Konon menurut cerita juru kunci bangkai hewan itu yang sudah dibuang esoknya suka menghilang entah siapa yang mengambilnya yang tersisa Cuma tinggal tulang belulang saja.
Sudah beberapa pelaku yang membuktikan ritual dikeramat ini salah satunya sebut saja namanya haryati dari kabupaten garut jawabarat, ketika berada dikeramat haryati memang sangat khusuk sekali lantaran niatnya betul-betul ingin kaya raya hidupnya sudah sekian lama selalu menderita dengan kesusahan dan kesengsaraan yang tiada akhir makanya dia nekad berada di keramat ini
Semenjak ditinggal pergi oleh suaminya haryati jadi tulang punggung keluarganya untuk menafkahi kedua orang tuanya serta kakak dan adik-adiknya akhirnya dia nekad melakoni ritual pesugihan, yang penting kehidupan kedepannya tidak susah seperti sekarang ini. Dengan berbekal keberanian akhirnya haryati pun ngelakoni ritual nekad itu dengan harapan bisa sukses seperti orang lainnya.
Dimalam pertama ritual haryati memang sudah mendengar bisikan ghaib dan sudah diperlihatkan kejadian-kejadian yang musyikil dimana ketika dirinya sedang ritual tiba-tiba suasana jadi berubah dia melihat sebuah tumpukan kardus serta beberapa guci perhiasan yang terbungkus dalam kantong plastik namun penglihatannya itu cuma sebentar saja lalu menghilang lagi.
Esoknya haryati masih bertahan berada dikeramat hatinya merasa belum puas lantaran niatnya ingin berkomunikasi langsung dengan Eyang Ki Durgala Pati tidak terlaksana.
Dihari kedua pun dia cuma melihat kejadian yang sama yakni penampakan sebuah kardus yang sudah berubah menjadi dus besar, haryati bertambah kuat keinginannya untuk bertemu dengan penguasa tempat keramat tersebut yakni Eyang Ki Durgala Pati. Hingga pagi hari pun tiba dia tidak pernah bertemu langsung dengan Makhluk Dedemit tersebut.
Keesokan siangnya secara tidak sengaja haryati rebahan di sebuah cungkup yang berada di sekitar tempat itu hingga dirinya tertidur pulas namun ketika dirinya terjaga tiba-tiba sekeliling cungkup itu jadi gelap gulita serta dipenuhi dengan kabut. Tiba-tiba dari sudut ruangan tampak samar-samar bayangan hitam namun wajahnya tidak jelas yang terlihat hanyalah janggutnya saja yang sudah memutih.
Bibir haryati kaku tidak bisa berkata apa-apa gugup dan takut bercampur jadi satu. "Haryati..Kardus itu bakal jadi milikmu tapi ingat umurmu cuma sebentar apa kau sanggup? Pinta Eyang Ki Durgala Pati." "Sa..sangup Eyang..!" Jawabnya singkat. "Sekarang kau Pulang haryati, kau tunggu saja dirumah nanti pengawalku akan mengantar permintaanmu mengerti!" ucapnya dengan tegas. "Ba..baik Eyang."
Ternyata haryati tidak banyak bicara lantaran rasa takut dan kagetnya itu yang membuat bibirnya jadi kelu, masih dalam keadaan kaget yang luar biasa dia menyaksikan secara perlahan kabut itu menipis lalu hilang seketika. Siang itu juga haryati pulang meninggalkan tempat keramat lantaran ritualnya sudah selesai serta merasa puas atas ucapan Eyang Ki Durgala Pati.
Setelah sampai rumahnya, malam harinya haryati pun ritual kembali dikamar pribadinya ternyata benar ucapan Eyang Durgala Pati itu terbukti, dimana tiba-tiba di depan rumahnya muncul sebuah mobil berwarna merah penumpangnya langsung keluar dan menurunkan isi muatannya.
Haryati langsung keluar dari kamarnya dia merasa kaget dan mustahil di depan rumahnya tiba-tiba mendengar suara deru mobil lantaran untuk melaju kepondoknya sangat tidak mungkin sekali sebab tidak ada jalan masuk.
Begitu pintu dibuka tamu tak diundang itu langsung menyerahkan sebuah dus berukuran besar katanya kalau kiriman itu adalah titipan dari Eyang Prabu Ki durgala Pati dia pun merasa kaget sebab dus besar itu pernah dia lihat ketika berada dikeramat.
Wajah si pengantar kiriman itu semuanya agak aneh tubuhnya dipenuhi dengan bulu tak pikir panjang dia pun langsung menerima kiriman tersebut lalu dipindahkan kekamar pribadinya, anehnya tak seorangpun keluarganya yang tahu atas kedatangan makhluk ghaib tersebut mungkin karena pengaruh ilmu sirep yang akibatnya semua penghuni rumah haryati pada tertidur pulas, ritual itu pun dilanjutkan kembali.
Hari menjelang pagi sekitar pukul 02.00 tiba-tiba Eyang durgala Pati Muncul dihadapannya seraya berkata "Silakan kau pakai kiriman dari Eyang haryati" Hanya itu saja yang di ucapkannya sebab makhluk ghaib tersebut segera menghilang dari penglihatannya.
Dengan penuh rasa berdebar tiba-tiba kardus itu dibuka, disamping ujungnya saja lalu dilipat lagi, apa yang dilihatnya? Ternyata benar gepokan uang yang banyak sekali hatinya berbunga-bunga setelah mendapat uang hasil ritual di keramat Gunung Paseban itu.
Siang itu uang kirimannya diambil satu gepok lalu dipergunakan untuk keperluan rumah tangganya sisanya dipakai untuk membayar utang-piutangnya lantaran selama ini haryati hidup menumpang pada kedua orang tuanya, niatnya sih baik ingin membahagiakan sanak keluarganya.
Sepulang dari belanja tiba-tiba kepalanya pusing, langsung meminum obat sambil bersandar dikursi tak terasa dia pun tertidur mungkin karena kecapekan setelah belanja hampir seharian dikota.
Haryati terjaga setelah satu jam lamanya beristirahat dikursi seraya langsung pergi kebelakang maksudnya hendak cuci muka namun tiba-tiba dia terjatuh di wc. Sudah beberapa hari dia terbaring lemas dirumah sakit sebelum menginjak satu bulan lamanya akhirnya haryati pun meninggal dunia.
Dari pihak rumah sakit pun mengatakan kalau haryati terlalu kecapekan tidak ada penyebab lain yang ia derita penyakit selama ini. Yang jadi pertanyaan bagaimana sisa uang yang masih tersisa cukup banyak itu setelah pemiliknya mati apakah masih ada atau ditarik kembali oleh Raja Dedemit Ki Durgala Pati?
Lantaran perjanjian sudah disepakati kalau uang itu milik haryati jadi tidak mungkin uang akan raib begitu saja. Yang jelas uang milik haryati di pergunakan oleh sanak saudaranya dan itu terlihat dari seluruh keluarganya yang hidup dalam kemewahan.
Jadi dalam kisah nyata ini menjelaskan bahwa haryati berani ngelakoni ritual seperti itu lantaran sangat terhimpitnya ekonomi. Setelah dia sukses ternyata uang kirimannya itu dipergunakan oleh sanak familinya sendiri sementara dia sendiri mati lantaran perjajian. Dari kejadian tersebut diatas itu akibat kelalaian haryati sendiri ketika berhadapan langsung dengan Eyang Durgala Pati.
Sewaktu ngelakoni ritual dikeramat Gunung Paseban dimana dirinya tidak sanggup berkata-kata lantaran saking takut dan kaget yang secara tiba-tiba saja antara sadar dan tidak muncul penampakan Eyang Ki Durgala Pati lantaran dirinya memaksa ingin bertemu langsung dengannya pada siang hari di dalam cungkup, jika haryati tidak gugup dan berani mengatakan keberatannya pada Eyang Durgala Pati agar tumbal nyawa dirinya itu bisa diganti dengan hewan berkaki empat mungkin sampai sekarang dia masih hidup.
Posting Komentar untuk "Gunung Paseban Sebagai Sarana Ritual Pesugihan Kekayaan"
Bagaimana menurut Anda? Haturkan pendapat Anda di kolom komentar bawah ini ya, namun tetaplah menjaga kesopanannya, terima kasih atas pengertiannya.