Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Legenda Natural Tentang Kebakaran Toserba Shirokiya

Legenda Natural Tentang Kebakaran Toserba Shirokiya

Tepat pada tanggal 16 Desember 1932, kebakaran toserba Shirokiya di Tokyo memakan korban 14 jiwa. Selama kebakaran, banyak pramuniaga wanita berkimono yang terdesak sampai ke atap gedung yang berlantai delapan tersebut.

Beredar desas-desus bahwa beberapa pramuniaga menolak untuk terjun ke jaring penyelamat yang disiapkan para pemadam kebakaran di bawah gedung. Secara tradisional.

Para wanita tidak memakai pakaian dalam jika berkimono, dan mereka takut untuk terjun sebab bagian pribadi tubuh mereka bisa terekspos dan menyebabkan rasa malu, dan sebagai akibatnya mereka tewas dalam kebakaran tersebut.

Berita ini menarik perhatian hingga ke Eropa. Di duga bahwa setelah kebakaran berakhir, manajemen toserba tersebut menyuruh para pramuniaga wanitanya untuk memakai celana dalam atau pakaian dalam lainnya meskipun berkimono, dan tren itu pun tersebar.

Bertentangan dengan kepercayaan tersebut, Shoichi Inoue, profesor budaya dan arsitektur Jepang di Pusat Penelitian Studi Jepang Internasional, menolak kisah tersebut.

Menurut Inoue, banyak orang yang diselamatkan oleh pemadam kebakaran, dan kisah para wanita yang lebih memilih mati demi kesopanan hanya dibuat-buat untuk kepentingan orang-orang Barat.

Kisah tersebut masih lazim dalam banyak buku referensi, bahkan beberapa diterbitkan oleh Fire Fighting Agency.

Selain itu, di Jepang sudah umum dipercaya bahwa kebakaran toserba Shirokiya adalah suatu katalis dalam tradisi berbusana, khususnya tren mengenakan celana dalam ala Barat, meskipun tidak ada bukti untuk memperkuat keyakinan tersebut.

Tahun 1960-an, ketika perekonomian Jepang masih susah pasca Perang Dunia II, beredar desas-desus bahwa pemerintah Jepang mengganti nama desa dengan "Usa", sehingga barang-barang ekspor mendapat label sebagai "Made In Usa/Japan".

Hal ini diduga demi memperoleh kesan bahwa produk bersangkutan dibuat di U.S.A. Yang mungkin dapat mengecoh petugas bea cukai, namun yang lebih penting adalah dapat melawan stigma yang menyatakan bahwa produk buatan Jepang bermutu rendah.

Bagaimanapun juga, desa Usa, di Prefektur Oita, memang bernama demikian sebelum perang dimulai, karena daerah tersebut terkait dengan Kuil Usa sejak abad ke-8. Selain itu, Usa bukanlah pusat besar perekonomian besar.