Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Inilah 3 Urban Legend Korea yang Dipercaya Hingga Sekarang

Inilah 3 Urban Legend Korea yang Dipercaya Hingga Sekarang

Legenda hantu Korea tentulah tidak sepopuler legenda hantu asal Jepang. Namun jika mengungkap kegeriannya tentu juga tak kalah dibanding dari negari sakura tersebut, meski jarang terdengar, namun bisa dikatakan legenda asal Korea ini lebih mencekam.

Chun Hyang Jeon

Kisah Chun Hyang adalah sebuah novel klasik mengenai roman percintaan sepasang kekasih di Korea pada masa Dinasti Joseon (1392-1910).

Novel Chun Hyang Jeon bercerita mengenai sepasang kekasih, yakni Chun Hyang dan Lee Mong Ryeong. Chun Hyang adalah seorang penduduk kalangan rakyat biasa yang menjalin hubungan cinta dengan Mong Ryeong, yang merupakan seorang putra gubernur kota Namwon, provinsi Jeolla Utara.

Hubungan mereka tidak direstui oleh orang tua mereka sehingga akhirnya mereka menikah secara diam-diam. Namun Mong Ryeong terpaksa harus pergi ke ibukota, Hanyang saat masa jabatan ayahnya akan segera berakhir.

Mong Ryeong berjanji ia akan segera kembali menemui Chun Hyang setelah pulang mengikuti ujian sipil kenegaraan di Hanyang. Sementara itu di Namwon, seorang gubernur baru ditunjuk untuk menggantikan ayah Mong Ryeong. Gubernur tersebut dikenal bernama Byon Hak Do.

Chun Hyang dipanggil untuk menghibur gubernur tersebut, namun karena ia sudah menikah maka ia menolak permintaan itu, akibatnya Chun Hyang dipenjara dan disiksa. Rencananya Chun Hyang akan dieksekusi pada hari ulang tahun gubernur tersebut.

Akhirnya Lee Mong Ryeong menemukan Chun Hyang di penjara namun ia sendiri tampak lusuh. Chun Hyang sangat khawatir akan keadaan Mong Ryeong dan menyesal tidak bisa melakukan apa-apa.

Tiba saatnya pesta ulang tahun diselenggarakan dan Chun Hyang akan dieksekusi. Namun sebelum akan dihukum, seorang agen rahasia menculiknya, yang tak lain adalah Lee Mong Ryeong. Mong Ryeong menyelamatkan Chun Hyang dan akhirnya keduanya hidup bahagia.

Legenda dari Hyang Deok

Hyang Deok adalah seorang tokoh yang hidup pada masa kerajaan Silla Bersatu di Korea. Namanya dikenal dalam cerita rakyat Korea sebagai tokoh yang rela memotong kakinya sendiri demi memberi makan ibunya.

Selain itu, babad Samguk Sagi juga menuliskan cerita mengenai dirinya. Berbagai sumber sejarah lain menuliskan bahwa Hyang Deok sebagai anak yang berbakti kepada orang tua.

Hyang Deok tercatat hidup pada tahun ke-14 masa pemerintahan Raja Gyeong Deok (755) di kota Gongju (propinsi Chungcheong Selatan), bersama ibunya yang miskin. Pada tahun 755, terjadi kegagalan panen di Silla dan banyak orang menderita kelaparan.

Ibu Hyang Deok menderita penyakit berbahaya, sejenis tumor yang telah menyebar ke seluruh bagian tubuhnya. Tumor tersebut kemudian membengkak di bagian kaki ibunya dan menyebar ke tulang.

Hyang Deok berusaha menyembuhkan ibunya dengan cara menghisap nanah di tumor tersebut setiap malam, namun tidak ada tanda-tanda kesembuhan. Hyang Deok menemui seorang tabib dan menanyakan obat atau perawatan apa yang dapat menyembuhkan tumor.

Tabib itu menyesalkan bahwa tumor yang telah menyebar ke tulang tidak dapat disembuhkan. Ia mungkin bisa membedahnya, namun tidak mungkin dengan kondisinya yang sangat lemah. Tabib itu menyarankan agar ibunya memakan makanan yang bergizi seperti daging sapi untuk untuk dapat sembuh.

Bagaimanapun juga Hyang Deok tidak mampu untuk membeli daging sapi dan makanan tersebut sulit dijumpai pada masa kelaparan seperti itu. Sesampainya di rumah, setelah berpikir dalam-dalam, Hyang Deok memotong daging di bagian kakinya dan memasaknya untuk ibunya.

Melihat masakan yang disajikan Hyang Deok, ibunya merasa keheranan karena tidak mudah untuk mendapatkan daging sapi pada saat-saat sulit seperti itu. Hyang Deok berbohong bahwa ia mendapatkannya dari tetangga yang menyembelih sapi dan menyembunyikan luka di kakinya.

Setelah makan masakan itu, kondisi ibunya perlahan-lahan menjadi semakin baik dan akhirnya mulai bisa berdiri kembali. Namun, akibatnya kaki Hyang Deok menjadi pincang. Suatu hari saat ia sedang mencari ikan di sungai dengan kakinya yang luka.

Seorang pejabat kerajaan yang melewati sungai itu dan melihat kakinya yang berdarah. Kemudian, ia bertanya pada Hyang Deok apa yang terjadi pada kakinya dan Hyang Deok menceritakan hal tersebut padanya.

Pejabat tersebut menjadi terharu dan melaporkan hal tersebut ke istana. Raja Gyeong Deok yang mendengar pengorbanan Hyang Deok kepada ibunya merasa tersentuh dan memerintahkan agar Hyang Deok dihadiahkan 300 karung beras, sebuah rumah dan tanah untuk dikerjakan.

Di Gongju sampai kini terdapat tugu yang dibangun oleh pemerintahan lokal pada saat itu untuk menghargai pengorbanan Hyang Deok.

Legenda Kisah Arang

Kisah Arang adalah sebuah legenda rakyat yang berasal dari Miryang, Gyeongsang Selatan, Korea Selatan, tentang seorang gadis yang dibunuh dan arwahnya bangkit untuk membalas dendam atas kematiannya.

Pada tahun 1600-an, pada masa pemerintahan Raja Myeongjong (Dinasti Joseon), di Miryang, Gyeongsang, terdapat seorang hakim bernama Yun. Hakim Yun memiliki seorang anak perempuan cantik bernama Arang.

Seorang pelayan di rumah hakim Yun yang bernama Jugi, tertarik pada Arang dan selalu menggodanya. Ia mencoba memperkosa Arang, namun gagal sehingga ia pun membunuhnya dan menguburkan mayatnya di tempat yang tak diketahui.

Segera tersiar kabar ke seluruh kota bahwa Arang telah hilang. Hakim Yun menjadi sangat sedih dan kembali ke Hanyang tanpa putrinya. Setelah hakim Yun turun dari jabatannya.

Beberapa hakim yang lain bergantian mengisi jabatan di Miryang dikarenakan pada setiap malam setelah naik jabatan, satu per satu meninggal secara misterius. Seorang pemuda yang berani dan ingin tahu bernama Yi berusaha mencalonkan diri menjadi hakim selanjutnya.

Pada malam pertamanya setelah diangkat menjadi hakim, pemuda tersebut didatangi oleh seorang wanita berambut panjang yang berlumuran darah dan yang tidak lain adalah Arang.

Setelah menceritakan kisahnya pada pemuda itu, hantu Arang mengatakan bahwa besok ia akan menjadi seekor kupu-kupu putih untuk menunjukkan siapakah orang yang telah membunuhnya.

Keesokan paginya, hakim baru itu memanggil semua pelayannya. Lalu seekor kupu-kupu berwarna putih terbang dan mendarat di topi salah satu pelayannya, yakni Jugi. Hakim itu lalu menginterogasi Jugi.

Pada awalnya Jugi membantah, namun akhirnya mengaku bahwa ialah yang telah membunuh Arang dan menguburkan mayatnya di rumpun bambu dekat Paviliun Yeongnam. Setelah digali, ternyata jenazah Arang masih utuh, kemungkinan karena arwahnya masih penasaran.

Setelah Jugi dihukum, hantu Arang tak pernah muncul lagi. Sampai sekarang, di Miryang masih diadakan peringatan setiap tanggal 16 bulan ke-4 kalender lunar untuk mengenang Arang dan sebuah kuil dibangun untuknya.