Mengungkap Misteri Tanjakan Emen Yang Selalu Menelan Korban
Ganasnya Tanjakan Emen sudah menjadi kisah misteri. Warga sekitar yakin, kecelakaan terjadi karena arwah Emen yang iseng. Siapa sebenarnya Emen? Kecelakaan bus pariwisata di Tanjakan Emen pada Jumat (7/10/2011) lalu seolah mengingatkan kembali cerita misteri yang menyelimuti ruas jalan yang kerap meminta korban jiwa itu. "Arwah Pak Emen sedang ngambek," ujar seorang warga sekitar lokasi kejadian.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebuah bus pariwisata yang mengangkut 11 wisatawan asing asal Belanda, Belgia, dan Srilangka terguling di Tanjakan Emen, Jalan Raya Ciater Lembang, Kabupaten Subang.
Tiga orang warga negara asing meninggal dalam kecelakaan tunggal tersebut. Bus bernopol B 7917 ID itu datang dari arah Bandung menuju ke Ciater, Subang. Ketika di turunan setelah tanjakan Emen menabrak tebing sebelah kiri dan terguling.
Bagi warga Bandung, khususnya mereka yang bermukim di Bandung Utara, pasti sudah tahu banyak tentang 'kramat'nya Tanjakan Emen. Dari arah Subang, tanjakan maut itu dimulai sebelum mulut jalan ke pintu obyek wisata air panas Ciater hingga mulut jalan obyek wisata kawah gunung Tangkuban Perahu, Lembang Bandung.
Hampir setiap tahun ada kecelakaan maut di sana dan selalu merenggut korban jiwa. beberapa waktu lalu sebuah bis rombongan perawat dari Palembang terjungkal. Banyak korban tewas dan luka serius. Sebelum lebaran sebuah bis yang mengangkut banyak pemudik juga mengalami kecelakaan.
Ada banyak versi yang mengisahkan tentang asal mula ruas jalan itu disebut Tanjakan Emen. Kisah pertama menyebutkan, menjelang kemerdekaan Indonesia, ada seorang pria paruh baya bernama Emen yang menjadi korba tabrak lari hingga tewas.
Si penabrak menyembunyikan mayat Emen di sela-sela rimbunnya pohon dan ilalang. Mayat Emen yang sudah membusuk akhirnya ditemukan warga di sekitar lokasi tanjakan itu. Warga sekitar meyakini, sejak saat itulah arwah Pak Emen menuntut balas.
Jika ada pengemudi yang pernah menabrak orang atau binatang tetapi tidak bertanggung jawab, dia akan mengalami kecelakaan di tanjakan itu. Penyebab kecelakaan itu memang aneh, beberapa sopir yang nyaris menjadi korban 'keisengan' arwah Emen berkisah. Jika tidak 'permisi' dulu saat melalui tanjakan itu, seolah-olah dari arah depan ada kendaraan lain melaju kencang dan ingin menabrak.
Dalam kondisi panik serta dalam kecepatan tinggi, biasanya sopir akan menghindar dan banting stir hingga terbalik, atau menabrak tebing. Cerita itu cukup 'nyambung' jika didata, banyaknya kecelakaan tunggal yang terjadi di sana.
Kisah lain menyebutkan, semasa hidupnya Emen dikenal sebagai supir pemberani. Suatu malam, sekitar tahun 1964, Emen sedang mengakut ikan asin dari Bandung ke arah Subang. Persis di tanjakan itu dia mengalami kecelakaan.
Mobilnya terbalik, terguling-guling dan terbakar. Saat itu jalan sedang sepi. Tidak ada yang menolong Emen yang terjebak di dalam mobil yang membakarnya hidup-hidup.
Cerita warga dan para sopir yang biasa melintas, banyak kejadian aneh di sana. Mobil yang sehat, tiba-tiba mogok. Begitu supirnya turun dari mobil ingin memperbaiki, tiba-tiba dia kesurupan dan kejang-kejang.
Atau mobil yang meluncur turun, tiba-tiba remnya mendadak blong. Menurut kepercayaan warga, kejadian itu hilang begitu saja, kala sebatang rokok dinyalakan dan dilempar ke pinggir jalan sebagai simbol memberikan rokok kepada arwah Emen. Konon dulunya, Emen amat selalu merokok saat mengemudi.
Jika dilihat konstruksi jalan, pangkal penyebab kecelakaan sebenarnya karena posisi turunan atau tanjakan Emen terbilang cukup ekstrim. Dengan kemiringan sekitar 45-50 derajat sepanjang kurang lebih 2-3 km ini jalan ini memiliki tikungan tajam memaksa supir piawai dan ekstra hati-hati memegang kemudi.
Tanjakan Emen telah diperlebar. Dua jalur menanjak dan satu lajur menurun. Dua lajur menanjak memberi kesempatan bagi pengemudi berkonsentrasi menjaga laju kendaraannya saat mendaki. Sementara satu lajur menurun agar supir tetap berhati-hati menjaga keseimbangan gas dan rem sehingga mobil tetap terkendali.